He saw the chickens gobbling the seeds on the ground and screamed his head off!
On Ten Thousand Steps
Each day I try to
walk ten thousand steps - movement
staves off the darkness.
Tentang Keinsafan di Pinggir Lobi Hotel
Sambil menghirup kopi termahal
Di lobi hotel terpaling elit
Merenung susur hayat berbelit
Ternyata rezki tiada terbatal
Walau payah sering membakar
Namun kini setimpal semua
Sungguhpun usia tetap menduga
Tatap teguh mengakar sabar.
Tentang Pelarian
Aku mau lari
Lari dari diri sendiri
Dari tebing jiwa yang bergerigi
Yang memanggilrayu jiwa yang sepi -
Sendiri, sendiri memperingati
Bahwa malam ini mendesak
Walau jiwa terbenam sesak -
Aku harus tenang disini
Bertafakur menunggu pagi.
On Placeholders
On days when I can’t
Muster proper words, I send
A haiku in lieu.
Tentang Gedegang
Gedegang! itu
bunyi pintu yang radang -
gema Amarah!
Tentang Akad Berahi
Kau semak wajah mulus itu Buat kesekian kalinya Pada dinding cermin Yang membingkaikan gemilang parasmu Yang melontarkan gema ranum Ke setiap sudut kamar gelap itu. Dan gemilang wajah itulah Yang kau umpankan Pada setiap mata liar Yang khusyuk menjilatjalar Pada setiap sudut wajah itu Pada setiap inci sosok itu Panas darah mengomboh debar Hangat syahwat meruntuh sabar Dan lewat malam nanti Kau semak wajah mulus itu lagi Merah gincu tercalit mereng Rambut kusut terbingkai asing Sudut kamar menjadi saksi Gelap lazat akad berahi.
Tentang Pencarian di Sebalik Baris-Baris Excel
Aku mencarimu, Tuhanku
Di antara baris-baris aksara ini
Yang menggumpalkan merah hitam nikmatMu
Yang menghitungkan segala ciptaanMu
Selembar demi selembar
Aku menzikirkan semua kurniaan ini
Setiap selirat sungaian rahmat
Setiap tandan buahan lazat
Deru luruhnya menggunung ranum
Manis nikmat menguntum senyum
Nah, ternyatalah
Setiap baris dan lajur
Yang terbentang luas ini
Tiada tercukup untuk mengira setiap rezeki
Tiada terangkum acap syukur kami.
Tentang Mimpi Api
Kau turuni lembah itu
Mata marak menyimbah segala
Setiap gerakmu menggetarkan alam
Yang melutut gentar dikakimu
Dengan sekilas pantas kau hunuskan pedang api itu
Kilau amarahnya membakar angin lalu
Memanggang setiap mata
Menyinggung setiap jiwa
Merahpadam itu enggan redam
Marahmu itu tak mungkin diam.
Tentang Dua Ratus Hari
Dua ratus hari
Luruh bak dedaunan tua
Yang jatuh rebah di kaki usia
Satu demi satu
Dua ratus hari
Pantasnya bergulir lalu
Sekilas bayang dan terus menghilang
Dan matamu melirik resah
Menyanyikan sekurun gundah.